العربية

English

Français

Türkçe

Indonesian

اردو

Ini adalah salah satu landmark paling menonjol di kota Madinah yang bersejarah ini. Setiap orang yang ingin berkunjung ke kota Makkah, baik itu penduduk Madinah atau bukan, dapat berkunjung ke masjid ini. Di masjid ini mereka melepaskan segala penampilan duniawi, lalu mengenakan pakaian ihram sebelum melakukan perjalanan suci. Tiada yang mereka tuju kecuali Allah SWT dan rumah akhirat.

<html dir='ltr'><head><style> body {background:#F1F1F1; background-color:#F1F1F1;} h4 {color: #03787d;font-weight: 600;margin-bottom: 10px; margin-top: 0;} h4, p { font-size: 16px; line-height: 22px; text-align: justify;} p {margin-bottom: 0; margin-top: 0; color:#111111} h4:not(:first-child) {margin-top: 30px; margin-bottom: 5px;} </style></head><body> <h4 data-aos='fade-left' data-aos-duration='800'>Nilai Historisnya</h4> Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam biasa mendatangi sebuah pohon di Dzulhulaifah untuk mengenakan pakaian ihram ketika haji maupun umrah. Beliau bersabda, &ldquo;Malam ini seorang utusan datang kepadaku dari Tuhanku ketika aku berada di Al-Aqiq seraya berkata, &ldquo;Shalatlah di lembah yang diberkati ini.&rdquo; Ini merupakan Miqat Makani (batas tempat) bagi penduduk Madinah dan orang-orang yang melewatinya. Tempat ini merupakan miqat yang terjauh dari kota Makkah. Barangkali hikmahnya adalah agar penduduk Madinah berlama-lama berada di Tanah Suci dalam kondisi ihram, sehingga pahala mereka semakin bertamanah banyak. <h4 data-aos='fade-left' data-aos-duration='800'>Perkembangan Masjid Ini dan Perhatian Pemerintah Terhadapnya</h4> Khalifah Umar bin Abdul Aziz membangunnya dengan batu, kemudian diperbarui lagi beberapa kali di kemudian hari. Dahulunya masjid itu terlalu kecil sehingga tidak mampu memenuhi berbagai kebutuhan jamaah haji dan umrah. Raja Faisal bin Abdul Aziz memerintahkan renovasi dan perluasan Masjid Al-Miqat. Perluasan terbesar terjadi pada masa pemerintahan Raja Fahd bin Abdul Aziz, dimana masjid ini menjadi bangunan yang megah dan luas dengan fasilitas dan pelayanan yang luar biasa. <h4 data-aos='fade-left' data-aos-duration='800'>Tempat yang Diberkahi dengan Arsitektur yang Indah</h4> Masjid ini terletak di barat daya kota Madinah, tepatnya di Dzul Hulaifah, di sisi barat Wadi Al-Aqiq, 14 km dari Masjid Nabawi. Dari masjid ini terdengar suara para jamaah haji dan umrah, &ldquo;Aku sambut panggilan-Mu ya Allah, aku sambut panggilan-Mu, aku sambut panggilan-Mu, tidak ada sekutu bagi-Mu, aku sambut panggilan-Mu. Sesungguhnya segala puji, kemuliaan dan segenap kekuasaan adalah milik-Mu, tidak ada sekutu bagi-Mu." Masjid ini berbentuk bujur sangkar. Desain arsitekturnya unik. Ia memiliki menara spiral setinggi 62 meter, gapura-gapura yang dihiasi dengan kubah panjang setinggi 16 meter dari permukaan tanah. Luas masjid ini mencapai 178 ribu meter persegi. Di dalamnya terdapat dua koridor yang dipisahkan oleh halaman seluas 1000 meter persegi. Masjid ini memiliki lebih dari 500 toilet. Di sebelahnya terdapat ruang-ruang untuk mengenakan pakaian ihram, pancuran air untuk berwudhu dan mandi, tempat parkir dan pertokoan untuk memenuhi kebutuhan jemaah haji dan umrah. Halamannya tampak hijau dengan pepohonan kurma.</body></html>

biasa mendatangi sebuah pohon di Dzulhulaifah untuk mengenakan pakaian ihram ketika haji maupun umrah. Beliau bersabda, “Malam ini seorang utusan datang kepadaku dari Tuhanku ketika aku berada di Al-Aqiq seraya berkata,

“Shalatlah di lembah yang diberkati ini.”

Ini merupakan Miqat Makani (batas tempat) bagi penduduk Madinah dan orang-orang yang melewatinya. Tempat ini merupakan miqat yang terjauh dari kota Makkah. Barangkali hikmahnya adalah agar penduduk Madinah berlama-lama berada di Tanah Suci dalam kondisi ihram, sehingga pahala mereka semakin bertamanah banyak.

Perkembangan Masjid Ini dan Perhatian Pemerintah Terhadapnya

Khalifah Umar bin Abdul Aziz membangunnya dengan batu, kemudian diperbarui lagi beberapa kali di kemudian hari. Dahulunya masjid itu terlalu kecil sehingga tidak mampu memenuhi berbagai kebutuhan jamaah haji dan umrah.

Raja Faisal bin Abdul Aziz memerintahkan renovasi dan perluasan Masjid Al-Miqat. Perluasan terbesar terjadi pada masa pemerintahan Raja Fahd bin Abdul Aziz, dimana masjid ini menjadi bangunan yang megah dan luas dengan fasilitas dan pelayanan yang luar biasa.

Tempat yang Diberkahi dengan Arsitektur yang Indah

Masjid ini terletak di barat daya kota Madinah, tepatnya di Dzul Hulaifah, di sisi barat Wadi Al-Aqiq, 14 km dari Masjid Nabawi. Dari masjid ini terdengar suara para jamaah haji dan umrah,

“Aku sambut panggilan-Mu ya Allah, aku sambut panggilan-Mu, aku sambut panggilan-Mu, tidak ada sekutu bagi-Mu, aku sambut panggilan-Mu. Sesungguhnya segala puji, kemuliaan dan segenap kekuasaan adalah milik-Mu, tidak ada sekutu bagi-Mu."

Masjid ini berbentuk bujur sangkar. Desain arsitekturnya unik. Ia memiliki menara spiral setinggi 62 meter, gapura-gapura yang dihiasi dengan kubah panjang setinggi 16 meter dari permukaan tanah. Luas masjid ini mencapai 178 ribu meter persegi. Di dalamnya terdapat dua koridor yang dipisahkan oleh halaman seluas 1000 meter persegi. Masjid ini memiliki lebih dari 500 toilet. Di sebelahnya terdapat ruang-ruang untuk mengenakan pakaian ihram, pancuran air untuk berwudhu dan mandi, tempat parkir dan pertokoan untuk memenuhi kebutuhan jemaah haji dan umrah. Halamannya tampak hijau dengan pepohonan kurma.

Masjid Al-Miqat

#03787d

Nilai Historisnya
Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam biasa mendatangi sebuah pohon di Dzulhulaifah untuk mengenakan pakaian ihram ketika haji maupun umrah. Beliau bersabda, &ldquo;Malam ini seorang utusan datang kepadaku dari Tuhanku ketika aku berada di Al-Aqiq seraya berkata, &ldquo;Shalatlah di lembah yang diberkati ini.&rdquo; Ini merupakan Miqat Makani (batas tempat) bagi penduduk Madinah dan orang-orang yang melewatinya. Tempat ini merupakan miqat yang terjauh dari kota Makkah. Barangkali hikmahnya adalah agar penduduk Madinah berlama-lama berada di Tanah Suci dalam kondisi ihram, sehingga pahala mereka semakin bertamanah banyak.&nbsp;
Perkembangan Masjid Ini dan Perhatian Pemerintah Terhadapnya
Khalifah Umar bin Abdul Aziz membangunnya dengan batu, kemudian diperbarui lagi beberapa kali di kemudian hari. Dahulunya masjid itu terlalu kecil sehingga tidak mampu memenuhi berbagai kebutuhan jamaah haji dan umrah.
Raja Faisal bin Abdul Aziz memerintahkan renovasi dan perluasan Masjid Al-Miqat. Perluasan terbesar terjadi pada masa pemerintahan Raja Fahd bin Abdul Aziz, dimana masjid ini menjadi bangunan yang megah dan luas dengan fasilitas dan pelayanan yang luar biasa.
Tempat yang Diberkahi dengan Arsitektur yang Indah
Masjid ini terletak di barat daya kota Madinah, tepatnya di Dzul Hulaifah, di sisi barat Wadi Al-Aqiq, 14 km dari Masjid Nabawi. Dari masjid ini terdengar suara para jamaah haji dan umrah, &ldquo;Aku sambut panggilan-Mu ya Allah, aku sambut panggilan-Mu, aku sambut panggilan-Mu, tidak ada sekutu bagi-Mu, aku sambut panggilan-Mu. Sesungguhnya segala puji, kemuliaan dan segenap kekuasaan adalah milik-Mu, tidak ada sekutu bagi-Mu."
Masjid ini berbentuk bujur sangkar. Desain arsitekturnya unik. Ia memiliki menara spiral setinggi 62 meter, gapura-gapura yang dihiasi dengan kubah panjang setinggi 16 meter dari permukaan tanah. Luas masjid ini mencapai 178 ribu meter persegi.&nbsp; Di dalamnya terdapat dua koridor yang dipisahkan oleh halaman seluas 1000 meter persegi. Masjid ini memiliki lebih dari 500 toilet. Di sebelahnya terdapat ruang-ruang untuk mengenakan pakaian ihram, pancuran air untuk berwudhu dan mandi, tempat parkir dan pertokoan untuk memenuhi kebutuhan jemaah haji dan umrah. Halamannya tampak hijau dengan pepohonan kurma.

Masjid Quba

Masjid Al-Qiblatain

Masjid Al-Ghamamah

Masjid Abu Bakar Ash-Shiddiq 

Masjid Umar bin Al-Khathab 

Masjid Ali bin Abi Thalib

Masjid Bani Unaif

Masjid Al-Jum'ah

Masjid As-Suqya 

Tujuh Masjid 

Masjid Al-Ijabah

Masjid As-Sajdah

 Masjid Bani Haritsah

Masjid Al-Fath

Masjid Al-Anbariyah 

Masjid Asy-Syaikhain

Platform Al-Madinah: Sebuah website wisata budaya yang menaruh perhatian pada segala hal yang terkait dengan kota Madinah Al-Munawwarah. Platform ini dikelola oleh Lembaga Pengembangan Kawasan Madinah Al-Munawwarah. Layanan situs ini tersedia dalam enam bahasa dunia.
Platform ini bertujuan untuk memperkenalkan kota Madinah dengan berbagai landmarknya yang terpenting, tradisional maupun modern. Caranya dengan menyajikan berbagai detail informasi, foto dan klip video eksklusif, sekaligus menawarkan saran program kunjungan ke sejumlah destinasi wisata yang telah dipersiapkan secara matang sesuai dengan minat wisatawan bersama keluarganya.
Kontennya juga terfokus untuk memperkenalkan Masjid Nabawi dan sejarahnya, begitu juga Masjid Quba dan berbagai landmark bersejarah lainnya yang terkait dengan kota Madinah Al-Munawwarah.
Platform ini juga bertujuan menjelaskan berbagai aspek sosial di kota Madinah yang terhubung dengan sejarah dan warisan budaya. Caranya adalah dengan memperkenalkan berbagai museum, fasilitas, kerajinan tangan dan kuliner di kota Madinah.
Dapat dikatakan, platform Al-Madinah bertujuan untuk memudahkan pengunjung dalam menjelajahi kota Madinah Al-Munawwarah yang luas ini dalam segala dimensinya dengan mudah. Platform ini memberikan gambaran 360 derajat tentang semua landmark dan fasilitas yang ada di kota ini sehingga seolah-olah pengunjung website merasakan langsung pengalaman tersebut sebelum tiba di sana. Pengunjung juga akan mendapatkan pemandu virtual yang menghadirkan berbagai informasi tentang landmark tersebut.
Melalui platform ini, Lembaga Pengembangan Kota Madinah berupaya memperkaya pengalaman pengunjung dengan memberikan panduan komprehensif tentang berbagai landmark dan fasilitas yang tersedia di kota Madinah. Semua itu disajikan dalam sejumlah bahasa dunia.
&nbsp;